Jumat, 29 April 2016

Naskah Drama Putri Mandalika (Nyale)
Pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya. Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting. Mereka mempunyai seorang putri yang amat elok parasnya serta sangat anggun dan jelita, yang bernama Putri Mandalika. Di samping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Semua orang tahu tentang keindahan dan kebaikan Putri Mandalika, bahkan orang-orang dari kerajaan lain di sekitar pulau.
Pada suatu hari, putri Mandalika yang sedang menari di ruang utama kerajaan dikejutkan oleh datangnya para pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok) untuk melamar putri Mandalika. Masing – masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru.
(Putri Mandalika menari dengan nikmatanya, kemudian bingung dengan datangnya para panggeran).
Panggeran Datu Teruna  : “Aku datang putri Mandalika,”(Putri Mandalika terkejut mendengar sapaan sang panggeran, lalu berlari ke sudut lain)
Panggeran Maliawang    : “Aku di sini putri”
 (Putri Mandalika pun terkejut lagi dan berlari ke arah sudut yang sama, tapi tetap saja menemukan pangeran yang lainnya yaitu dari kerajaan Beru) (Putri pun terkapar)
Putri Mandalika        : “Ayahanda.. Ibunda? Ada apa ini? Siapa mereka?”
(Raja Tojang Beru berjalan menuju ruang utama kerajaan)
R. Tojang Beru         : “Oh ruapanya para panggeran sudah datang. Putri ku ini adalah para pangeran yang datang untuk melamarmu,”
Putri Mandalika        : “Maksud ayahanda?”
P. Dewi Seranting     : “Ya, mereka melamar mu dan kau harus memilih salah satunya untuk menjadi pendamping hidup mu putri ku,”(Wajah putri Mandalika yang nampak kebingunagan)
R. Tojang Beru         : “Terimakasih atas kedatangan kalian”
(Para pangeran pun menunduk depan raja Tojang Beru, memberikan penghormatan)
R. Tojang Beru         : “ Silahkan jelaskan maksud kalian,” (Pangeran Datu Teruna pun berdiri)
Pangeran Datu Teruna: “Aku di sini datang melamarmu adindaku, kau pasti mau dengan ku!” (Pangeran Maliawang pun berdiri)
Pangeran Maliawang    : “Tidak, mana mau dia dengan kau! yang pantas dengan mu itu aku putri,”
(Panggeran dari kerajaan Pane pun berdiri)
Kerajaan Pane                      : “Heh, apa yang kau katakan? Putri akulah pangeran impian mu,” (Panggeran dari kerajaan Kuripan pun berdiri)
Kerajaan Kuripan    : “Kau, kau dan kau tak pantas untuknya, akulah sumai idaman,”(Panggeran dari kerajaan Daha pun berdiri)
Kerajaan Daha          : “Tak waras kalian, kalian hanya bermimpi mendaptkannya! Lihatlah aku, hanya aku yang pantas mendapatkannya”(Panggeran dari kerajaan Beru pun berdiri)
Kerajaan Beru          : “Jangan dengarkan mereka! Putri, maukah engkau menikah dengan ku?”
P. Dewi Seranting     : “Sudah, sudah. Lebih baik kalian bertarung sportif untuk memikat anakku,”
R. Tojang Beru         : “Benar sekali, silahkan siapa yang ingin mulai duluan,”(Pangeran Datu Teruna dari Kerajaan Johor pun maju mendekati sang putri)
Panggeran Datu Teruna: “Ehm.. ehm.. menurut adinda KERA apa yang harus dimusnahkan?”
Putri Mandalika        : “Adinda tidak tau kakanda. KERA apa itu?”


Pangeran Datu Teruna: “Keraguan untuk melamarmu adindaku sayang ” (Sambil memberikan mawar merah)
Putri Mandalika        : “Terimakasih kakanda”
(Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur pun maju dan menyuruh kerajaan Johor mundur)
Pangeran Malawaang: “Adinda ku nan cantik jelita… Kakanda mau bilang sesuatu,”
Putri Mandalika        : “Apa kakanda Lipur?
Pangeran Maliawaang: “Kakanda sudah siap kalo Senin harus bangun pagi, apalagi kalau bangun rumah tangga sama kamu adindaku” (Sambil memberikan cincin berlian)
Kerajaan Pane          : “Adinda Mandalika, Kakanda tak ingin daftar jadi boyband yang sedang tenar sekarang,”
Putri Mandalika        : “Mengapa kakanda? Kan boyband keren,”
Kerajaan Pane          : “Daripada daftar jadi Boyband mending aku daftar jadi Boyfriend kamu aja adinda ku,” (sambil menyanyikan salah satu reff lagu boyband) (Keraajaan Kuripan pun maju)
Kerajaan Kuripan    : “Adinda jangan dengarkan rayuan mereka,”
Putri Mandalika        : “Mengapa kakanda? Apakah ada yang salah?”
Kerajaan Kuripan    : “Tidak adinda, bukan begitu. Buat kakanda, semua hari itu selasa dinda,”
Putri Mandalika       : “Selasa?”
Kerajaan Kuripan    : “Ya selasa ada di sulga kalo bareng kamu,” (Sambil merasa terbang tinggi)
Kerajaan Daha         : “Adinda, punya lem gak?”
Putri Mandalika       : “Ada kakanda, emang untuk apa?”
Kerajaan Daha         : “Buat ngelem hati kita biar menyatu,”
Kerajaan Beru          : “Minggir kau Daha, aku ingin memberikan kue donnat buat adinda,”
Putri Mandalika      : “Terimakasih kakanda,”
Kerajaan Beru     : “Tapi coba adinda perhatikan setiap kue donnat pasti bolong, tau gak kenapa?”
Putri Mandalika        : “Memangnya kenapa kakanda?”
Kerajaan Beru          : “Biar kakanda bisa lihat wajah cantik adinda, hahaii” (Sambil bergaya konyol melihat wajah putri mandalika dari bolongan donnat”
Putri Mandalika        : “Terimakaih atas semuanya para pangeran tapi saya… tidak akan memilih siapapun dari kalian,”
Para pangeran           : “Kenapa?” (Secara serentak)
Putri Mandalika        : “Karena saya tak ingin menyakiti hati para pangeran jika saya memilih salah satu dari kalian,”
Panggeran Maliawang: “Tapi aku sungguh mencintaimu, putri Mandalika”
Putri Mandalika        : “Aku tetap tidak bisa menerimamu panggeran,”
Putri Mandalika        : “Maafkan aku jika aku mengatakan dirimu egois. Saat aku memintamu untuk memikirkan rakyat, kau justru memikirkan kepentinganmu sendiri. Dimana kelayakanmu menjadi seorang pemimpin sebuah negeri, bila kau hanya memikirkan keinginanmu sendiri?”
Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 (bulan Sasak), bertempat di Pantai Seger Kuta, Lombok Tengah. Semua pangeran yang diundang harus disertai oleh seluruh rakyatnya masing-masing. Mereka harus datang ke tempat itu sebelum matahari memancarkan sinarnya di ufuk Timur.



Hari yang ditunggu telah tiba, pantai Seger Kuta berubah menjadi snagat ramai dengan kedatangan para rakyat. Tak berapa lama, sang Putri yang sudah tersohor kecantikannya itu pun tiba di tempat dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Seluruh undangan serentak memberi hormat kepada sang Putri yang didampingi oleh Ayahanda dan Ibundanya serta sejumlah pengawal kerajaan. Suasana yang tadinya hiruk-pikuk berubah menjadi tenang.

Putri Mandalika        : “Aku tidak akan memilih siapapun,”
R. Tonjang Beru       : “Mengapa seperti itu putriku?”
Putri Mandalika        : “Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran maafkan aku, kuharap kalian bisa menjadi pemimpin yang bijak, tanpa harus menaklukkan satu sama lainnya. Maafkan aku rakyat negeri Tojang Beru bila aku pergi meninggalkan kalian saat ini.
P. Dewi Seranting     : “Apa maksud mu putriku?”
Putri Mandalika        : “Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale yang dapat kalain nikmati bersama, aku akan hadir setiap tahunnya, karena aku bukan untuk satu pangeran semata, aku adalah untuk kalian semua, aku adalah untuk rakyatku, untuk negeriku…”
(Tiba-tiba Putri Mandalika menceburkan diri ke dalam laut dan langsung ditelan gelombang. Bersamaan dengan itu pula, angin bertiup kencang, kilat dan petir pun menggelegar. Suasana di pantai itu menjadi kacau-balau. Suara teriakan terdengar di mana-mana. Sesekali terdengar suara pekikan minta tolong. Namun, suasana itu berlangsung tidak lama)
R. Tojang Beru         : “Mandalika-mandalika, dimana kamu putri ku?”
P. Dewi Seranting     : “Anakku? Mengapa kau pergi meninggalkan ibumu ini?”
Rakyat                       : “Lihatlah binatang ini cacing laut, indah sekali. Warnanya pun cantik,”
Itulah kisah Bau Nyale.Penangkapan Nyale menjadi tradisi turun – temurun di pulau Lombok. Pada saat acara Bau Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka sejak sore hari mereka yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi acara dengan peresean, membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula, digelar drama kolosal Putri Mandalika di pantai Seger.




0 komentar: